Minggu, 12 Agustus 2018

Perempuan Tua itu "Hanya" Pembersih Masjid


Suatu siang, di msjd Nabawi, Madinah Munawwarah. Tidak seperti biasanya, Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam tampak kehilangan sesuatu. Sorot matanya melihat ke sudut-sudut masjid. Ia mencari sosok yang biasa ia lihat ada di masjidnya. Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam lantas bertanya kepada para sahabatnya, perihal perempuan tua yang biasa membersihkan masjid.

Para sahabat tampak heran dengan pertanyaan Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam Mereka tidak mengira sosok nenek tua itu mendapat perhatian besar dari Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam. Para sahabat lalu menyampaikan bahwa, perempuan itu telah meninggal dunia.

Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam, sang teladan, gusar dan bertanya heran kepada para sahabat, "Kenapa kalian tdk mengabariku"?

Para sahabat menjelaskan, "Dia meninggal di malam hari dan kami tidak ingin mengganggu engkau".

Seperti tersentak Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam mendengar berita duka itu. Jiwanya yang halus dan penyayang begitu tersentuh saat menerima berita bahwa, sosok permpuan tua yang biasa dijumpainya, kini telah menghadap Allah subhanahu wata’ala, tanpa sepengetahuannya. Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam segera meminta para sahabatnya, "Tunjukkan kepadaku kuburannya".

Siang itu, para sahabat bersama Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam pergi ke sebuah makam tempat perempuan tua itu disemayamkan, baru tadi malam. Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam lalu menshalatinya dan berdo'a untuknya (Shahih Bukhari dan Muslim).

Tanah dan pepasir makam permpuan tua itu menjadi saksi betapa kepedulian Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam terhadap sebuah jasa yang dianggap kecil oleh orang lain. Perhatian besar seorang utusan Allah subhanahu wata’ala, kepada jasa yang dianggap sepele oleh orang lain.

Bagi sbgian orang, mungkin, jasa yang dilakukan nenek tua itu, tidak masuk dalam kategori yang patut diperhatikan. "Hanya" menyapu masjid. Pekerjaan seperti itu, memang nyaris tidak mendapat perhatian apapun dari lingkungan sekitarnya. Para sahabat Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam pun bukan tidak tahu dan bukan tidak menghargai jasa nenek yang berkulit hitam itu. Namun mereka tidak merasa peran membersihkan masjid yang dilakukan perempuan tua itu ternyata menempati posisi istimewa dalam pandangan Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam.

Seringkali manusia menghargai jasa orang lain dikaitkan dengan kebutuhannya yang sifatnya sangat sementara.

Ketika dalam kondisi yang sangat memerlukan, seseorang cenderung merasakan peran-peran orang lain yang bísa mendukung keperluannya. Tapi bila waktu bergulir dan kebutuhan itu sudah terlampaui, peran dan jasa itu pun hilang bak debu diterpa angin. Tak ada bekasnya.

Seorang anak yang sudah berhasil, memandang orang tuanya hanya sebagai beban yang merepotkan dirinya, karena sudah tua dan tidak berguna. Lalu dititipkan di wisma jompo. Seorang murid yang sudah sukses, menilai guru-gurunya sebagai batu loncatan belaka yang nyaris terlupakan jasa-jasanya. Ia sudah melampaui fase kebutuhannya terhadap sang guru, lalu menganggap keberadaan para guru itu seperti tidak ada. Ada pula orang yang meninggalkan rekan sekerja, sahabat atau orang yang dikasihi karena sudah tidak memililki jabatan, dan sudah tidak berguna lagi bagi dirinya.

Dunia yang kecil ini tenyata telah banyak membuat kita lalai. Kita seperti hidup di banyak dunia, dan dengan mudah kita bisa melupakan perjalanan yang telah kita lalui. Padahal kita tetap hidup di dunia yang sama, dalam fase kehidupan yang sama pula. Hanya perbedaan suasana dan keadaan yang memisahkan kita dari ragam bantuan dan peran-peran orang lain, yang pernah sangat berjasa dalam hidup kita. Tapi begitulah, dunia yang kecil ini ternyata telah banyak membuat kita lalai.

Baca juga: Belajar Sholat Khusyuk

Realitas lainnya, orang begitu mudah mengingat jasa orang-orang berharta dan berkedudukan. Jasa mereka begitu mudah dikenang dan dinobatkan menjadi pahlawan bangsa. Jasa-jasanya begitu mudah terlihat. Bahkan kelompok orang seperti itu juga bisa dengan mudah menggugat apabila prestasi dan jasanya tidak dihargai.

Sebaliknya "orang-orang kecil", mudah terlupakan jasanya. Walaupun tidak kecil sumbangannya untuk masyarakat dan negara, tapi biasanya kelompok ini mudah terlupakan, meninggal tanpa dikenang. Padahal jika berbicara tentang peran dan jasa, seharusnya tidak dikaitkan dengan faktor kekayaan dan kedudukan. Sebuah jasa tetaplah jasa yang berguna bagi orang lain, dan seharusnya dikenang tanpa melihat bobot orang yang melakukannya.

Mari pandai membaca, meneliti dan menekuri perjalanan hidup hingga langkah terakhir di sini. Sesungguhnya perjalanan kita tersambung karena banyak peran dan jasa orang-orang yang mengiringi kita. Lebih jauh lagi, kita harus pandai, meneliti dan menekuri perjalanan hidup manusia di sekeliling kita, hingga manusia yang hidup di mana saja. Karena sebenarnya kehidupan itu selalu berjalan dengan silih bergantinya peran-peran manusia yang boleh jadi tidak dianggap, tapi begitu penting kedudukannya.

Ada banyak orang di sektar kita, suami, istri, sahabat, guru, teman satu almamater, rekan sekerja kita yang mungkin dalam pandangan kita tidak selalu berjasa. Namun sesungguhnya, entah besar, entah kecíl, mereka pasti pernah berjasa pada kita.

Sebagaimana Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam yang begitu memberikan curahan hati dan pikirannya terhadap seorang perempuan tua di masjid Nabawi. Tak ada kebutuhan secara langsung yang Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam peroleh secara pribadi dari peran pembersih masjid itu. Tapi peranannya justru sebenarnya dirasakan oleh banyak sahabat Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam yang kerap mendatangi masjid dalam keadaan bersih. Lalu mereka bisa melaksanakan sholat dengan tenang dan khusyuk di dalamnya.

Demikian mulianya Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam mengajarkan kita tentang menghargai jasa orang lain. Penghargaan jasa yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan pribadi. Terlebih jika ada jasa orang lain yang terkait dengan kebutuhan pribadi kita. Penghargaan atas peran dan jasa yang boleh jadi dianggap sepele, kecil dan sederhana oleh orang lain. Terlebih jika peran dan jasa itu secara perbuatan memang seperti tidak bergengsi. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk melakukannya. Namun jasa tetaplah jasa. Dan manfaatnya tetaplah harus dikenang dan dihargai.

Mari ingat dan sapa semua orang yang pernah berjasa kepada kita, kepada kehidupan kita.

Semoga Allah membalas jasa kebaikan orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan kebaikan yang lebih baik. Aaamin.

Tulisan ini diadopsi dari Ahmad Zairofi AM dengan beberapa perbaikan.

Photo Credit: kabarmekkah

Jakarta, 30 Dzulqaidah 1439 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.