Senin, 19 September 2011

Demi Waktu

Segala Puji Bagi Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya yang tiada terkira kepada manusia. Sesungguhnya kesyukuran yang dilakukan oleh sesorang adalah untuk dirinya sendiri, dan salah satu bentuk kesyukuran yang ingin saya lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menuliskan sedikit Ilmu yang Allah percayakan kepada saya. Semoga ini menjadi bekal dikemudian hari, dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya.

Sahabat, Menjadi Manusia yang produktif, berprestasi, dan bermanfaat bagi orang banyak adalah sebuah dambaan. Begitu banyak orang yang saya temui dan mengutarakan cita-cita dan impian mereka, akan tetapi ternyata tindakan sesorang lebih mencerminkan siapa kita sebenarnya dibandingkan dengan kata-kata yang kita ucapkan.  


Manusia diciptakan dengan kecendrungan-kecenderungan tertentu, suka terhadap wanita, karena yang diceritakan setiap harinya adalah wanita terus, cinta terhadap anak-anak  (sampai-sampai jika anaknya kesiangan atau bahkan tidak sholat dibiarkan karena takut menyakiti hati sang anak dengan dasar kasih sayang), harta benda (setiap hari menumpuk harta),

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali-Imran : 14)

Tapi kali ini kita tidak akan fokus membahas kecenderungan manusia yang fitrah itu. Tetapi membahas tentang waktu, sambungan dari tulisanan Rahasia Para Pejuang. Bukankah dari Presiden, Pengusaha, Pegawai Negeri, hingga Pengangguran diberikan kesamaan waktu, 24 jam sehari semalam. Akan tetapi, sikap mereka dalam memanfaatkan waktulah yang menyebabkan posisi mereka berbeda. Karena sesungguhnya apa yang kita peroleh sesuai dengan yang kita usahakan.

"Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan beramal sholeh. Saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran" . (Q.S. Al-Ashr : 1-3)

Itulah pesan Allah yang jika direnungkan, menghasilkan manusia-manusia yang produktif dalam hidupnya. Sebuah suroh tentang pentingnya Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dengan mengisinya dengan aktifitas yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Demi Waktu,
Begitu sering kita dengar di tengah-tengah masyarakat, ada yang menyalahkan waktu pada saat-saat tertentu. Semisal jika mereka mendapatkan kebaikan, maka “waktu baik”, akan tetapi jika sedang dapat sial, kita sering komentar “Ini hari apes, waktu sial.” Allah ingin menerangkan kepada kita bahwa anggapan kita selama itu adalah keliru. Tidak ada yang namanya waktu baik dan waktu sial, semua waktu sama. Yang mempengaruhi waktu itu adalah usaha seseorang dan ketetapan yang telah Allah tetapkan(tentunya pasti mengandung kabaikan dibalik ketatapan tersebut)

Berapapun umur kita sekarang, tentu sudah banyak keringat dan tenaga yang kita keluarkan untuk mencapai tujuan hidup yang kita idamkan. Sesunguhnya demi waktu, Allah juga mengingatkan kita akan merugi, apapun hasil yang sudah dicapainya itu., kecuali ia beriman dan beramal sholeh Bagaimana agar tidak menjadi orang yang merugi dan menjadi manusia yang unggul.

Waktu adalah modal utama manusia, dalam hal apapun, jika tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Meminjam istilah AA Gym, sesorang yang merugi itu adalah orang yang diberikan modal waktu tetapi, ia malah menyia-nyiakannya. Jangankan untung, modal pun hilang dengan sia-sia.

Penggunaan kata al-insan, menunjukkan kepada semua jenis manusia tanpa terkecuali, baik mukmin maupun kafir. Kebangkitan Islam pada fase-fase awal tidak lain karena mereka mengisi waktu-waktu dengan hal-hal yang positif. Tantangan kita saat ini lebih berat, karena anak-anak dikelilingi oleh media yang lebih instan dan cenderung membuat kita lalai jika belum memiliki tujuan yang jelas dalam hidup.  

Pertama, Beriman.
Kenapa aktifitas harus dilandasi dengan iman. Iman terhadap rukun iman (enam). Mungkin kita semua sudah tahu bahwa apapun amal yang kita lakukan tanpa didasari iman maka ia akan menjadi hal yang sia-sia. Oleh karena itu, apapun aktifitas yang kita lakukan, profesi apapun yang sedang kita jalani, laksanakanlah dengan penuh cinta dan keimanan untuk mengharap Ridh0-Nya.

Iman disini dimaksudkan,  orang-orang yang telah memiliki pengetahuan tentang kebenaran.
Iman itulah pembakar semangat seseorang untuk melakukan karya-karya terbaik mereka. Makanya pondasi ini mendapat perhatian besar Rosululloh pada fase-fase awal dakwah islam.

Kedua, Amal Sholeh
Amal artinya pekerjaan, digunakan oleh Al-Qur’an untuk menggambarkan penggunaan potensi manusia, baik daya pikir, fisik yang dilakukan dengan sadar oleh manusia dan jin. Sholeh, berarti bermanfaat. Artinya amal sholeh adalah segala perbuatan yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan manusia.

Setiap amal sholeh harus memiliki dua syarat, pertama wujud fisiknya (misalkan senyum, membantu mengangka barang Ibu-ibu), kedua, motif pekerjaan itu dilakukan karena siapa? Rosululloh bersabda :” Sesungguhnya setiap amal (Pekerjaan) itu tergantung niatnya (HR. Bukhori dan Muslim).

Kemudian mungkin kita akan bertanya mengapa Allah tidak menerima amal-amal baik dari orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya?

Pertama, penilaian di hari kemudian berkaitan dengan niat pelaku yang intinya adalah keikhlasan kepada Allah. Seseorang yang melakukan suatu pekerjaan dengan dasar untuk mendapatkan pujian, memperoleh keuntungan material semata-mata, maka pekerjaan itu tidak dinilai memenuhi syarat amal sholeh. Hal ini tidak hanya berlaku pada mereka yang tidak beriman kepada Allah, tetapi juga kepada mereka yang beriman sekalipun.

Kedua, bagi yang melakukan suatu pekerjaan namun ia tidak beriman, pada hakikatnya ia tidak menantikan sesuatu pun di akhirat kelak. Karena mereka tidak mempercayai hari akhir, bahkan tidak menantikan ganjaran. Semua yang dilakukan atas dasar nafsu atau sesuai dengan kehendak hati dan akal pikiran mereka sendiri. Sedangkan bagi bagi mereka yang percaya akan adanya tuhan tetapi bukan Allah, maka kalupun mengharapkan ganjaran di akhirat nanti namun ganjarannya tentunya tidak dari Allah, melainkan dari tuhan yang disembahnya. Misalnya demi matahari, bulan, bintang, atau apa saja yang dipertuhankan olehnya.

Setelah seseorang Beriman dan beramal sholeh, apakah mereka lepas dari kerugian??? Belum, ia baru terlepas setengah dari kerugian. Karena ada dua hal lagi yang harus dilakukan agar lepas dari kerugian.

Fenomena saat ini, begitu banyak orang yang beriman dan beramal secara individu. Dan melupakan 2 hal ini yaitu,

Ketiga, saling menasehati dalam kebenaran. .
Hendaknya manusia saling mengingatkan tentang kuasa dan keesaan Allah swt. Hari ini saya yang memberikan nasihat tentang kebenaran, dan besok saudara yang memberikan nasihat kepada saya (ditunggu y). Artinya, kita berkewajiban juga untuk mendengarkan kebenaran dari orang lain dan mengajarkannya kepada orang lain.

Keempat, saling menasehati dalam kesabaran.
Sabar dalam arti menahan kehendak nafsu demi mencapai sesuatu yang lebih baik. Sabar dalam menjaga iman, sabar dalam melaksanakan perintah dan sabar dalam meninggalkan apa yang dilarang, sabar dalam ketetapan yang ditetapkan seperti musibah, sabar dalam beramal, sebar dalam menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

Wallahua’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.