Mari renungkan ucapan Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam dalam 2
hadits berikut ini. Pertama, Rasul shalaullahu
‘alaihi wassalam bersabda, "Apabila
Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia mempekerjakannya".
Para sahabat bertanya, "Bagaimana Allah
mempekerjakannya"? Beliau menjawab, "Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sblum
kematiannya". ( HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, Al Hakim, dishahihkan oleh
Al Albani )
Kedua, hadits cukup panjang dari Nabi
shalaullahu ‘alaihi wassalam, di mana
pada ujung hadits itu disebutkan, "Demi
Allah yg tiada Tuhan selainnya, ada seseorang di antara kalian yg mengerjakan
amalan ahli surga sehingga tdk ada jarak antara dirinya dan surga kecuali
sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah ( meninggal ), lalu ia
melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada di antara kalian yg
mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tdk ada lg jarak antara dirinya dan
neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah (
meninggal ), lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga".
( HR. Bukhari dan Muslim )
Bagaimana bayangan yang hadir dalam
pikiran kita setelah membaca 2 hadits itu ? Ada hadits lain yang mungkin
menambah dalam renungan kita terkait masalah kematian. "Sesungguhnya, ada seseorang yang melakukan amalan ahli surga, sebagaimana
terlihat oleh manusia, tapi sebenarnya ia adalah ahli neraka. Dan sesungguhnya
ada seseorang yang melakukan amalan ahli neraka, sebagaimana terlihat oleh
manusia, tapi dia adalah ahli surga". Dalam riwayat Imam Al Bukhari hadits ini
diakhiri dengan perkataan,
"Sesungguhnya, amal itu tergantung akhirnya". ( HR. Bukhari dan
Muslim )
Majalah Al Mujtama' mengurai
pengalaman seseorang bernama Abu Ishak yang penuh hikmah tentang akhir hidup
seseorang.
"Suatu ketika, aku didatangi 2
orang pemuda yang taat beragama. Keduanya menuturkan kisah yang membuatku
tercenung.
Mereka mengatakan, "Ketika kami
lewat di hadapan sebuah rumah sakit di Mesir, tiba-tiba sebuah mobil datang dan
berhenti di depan RS. Dari dalam mobil itu, dikeluarkanlah seorang perempuan
tua yang dalam kondisi sakaratul maut.
Kami segera mendatangi perempuan itu
dan mengatakan, "Ibu...katakanlah
"Laa Ilaaha Illallaah...Muhammadur Rasuulullaah...".
Perempuan itu segera mengangkat
telunjuknya sambil mengatakan, "Laa
ilaaha Illallaah...Muhammadur Rasuulullaah...". Lalu, hanya selang
beberapa menit kemudian, perempuan tua itu menghembuskan nafasnya yg terakhir.
Tidak lama setelah itu, datanglah
anak laki-lakinya yang begitu terpukul dengan wafatnya sang Ibu. Ia pun
menangis karena harus kehilangan Ibu yang pasti ia cintai. Kami lalu mendekati
laki-laki itu dengan mengatakan, "Saya
punya berita yang menggembirakan".
Laki-laki itu bertanya, "Berita apa"?
Kami lalu menceritakan apa yang
terjadi, dan bagaimana sebelum akhir hayatnya, sang Ibu sempat mengucapkan
kalimat syahadat, sebagai tanda bahwa ia akan menjadi penghuni surga. Tapi anak
laki-laki itu justru terkejut dan marah, "Celaka
kalian, kalian telah menjadikan ibuku kafir. Ibuku adalah seorang Qibti yg
beragama nasrani. Kenapa dia meninggal dengan Islam..."?
Hanya hitungan menit, bahkan detik.
Sebuah perjalanan hidup seseorang bisa berubah begitu drastis di akhir-akhir
hidupnya. Hanya dalam jenak waktu yang sangat pendek, kehidupan seseorang
berbilang tahun, bisa mengalami perbedaan yang bertolak belakang di akhir-akhir
hayatnya.
Apakah kita termasuk golongan orang-orang
yang sedang melakukan ketaatan di detik-detik terakhir kita hidup di dunia ini
?
Apakah kita termasuk orang-orang yang
dikesankan kebaikannya oleh orang-orang yang masih hidup, setelah kita tiada ?
Mari meraba bagaimana jenak-jenak
akhir hidup kita nanti. Mengingat-ingat masa akhir, dan bersiap-siap untuk
akhirat. Tentang keadaan kita, di saat-saat akhir nanti. Tentang kondisi kita,
ketika menanti masa perpisahan dengan seluruh manusia yang kita kenal dan
dengan semua isi dunia. Tentang bagaimana kita meninggalkan semuanya itu.
Dahulu, ada seorang laki-laki yang
dikenal banyak beribadah. Saat mengalami sakaratul maut, keluarganya menangis
mengelilinginya. Laki-laki itu mengatakan, "Tolong,
aku ingin duduk...".
Setelah duduk, ia pun berkata pada
ayahnya, "Pak, mengapa engkau
menangis"? Orang tuanya menjawab,
"Anakku, aku membayangkan bila harus kehilanganmu. Membayangkan bagaimana
aku akan kesepian setelah engkau pergi".
Laki-laki itu lalu menoleh ke ibunya,
"Bu, apa yg membuat Ibu
menangis"?
Sang Ibu menjawab, "Merasakan pedihnya harus berpisah
denganmu...". Laki-laki itu lalu beralih ke istrinya dan bertanya hal
yg sama, "Istriku, apa yg membuatmu
menangis"?
Istrinya menjawab, "Karena aku harus kehilangan kebaikanmu
selama ini, dan bagaimana aku bisa memenuhi kebutuhan kebaikan itu pada selain
dirimu".
Ia lalu menoleh kepada anak-anaknya
dan bertanya, "Anak-anakku apa yang
membuat kalian menangis"?
Anak-anaknya menjawab, "Karena kedukaan dan kehinaan anak
yatim bila ayah meninggal".
Setelah mendengar semua jawaban
pertanyaannya, laki-laki itupun menangis. Keluarga yang mengelilinginya heran
dan bertanya, "Mengapa engkau kini
menangis"?
Ia menjawab, "Aku menangis karena aku menyaksikan masing-masing kalian
menangisi dirinya sendiri dan bukan menangisi aku. Tidak ada di antara kalian yang
menangisi bagaimana aku harus melewati perjalanan panjang setelah wafat. Tidak
ada di antara kalian yang menangisi aku karena bekal yang aku persiapkan sangat
sedikit. Tidak ada di antara kalian yang menangisiku karena aku harus ditimbun
oleh tanah. Tidak ada di antara kalian yang menangis terhadap balasan keburukan
yang akan aku terima. Tidak ada di antara kalian yang menangisi aku karena aku
harus berdiri di hadapan Rabbku...".
Setelah mengatakan itu semua ia lemas
dan terjatuh. Keluarga yang mengelilinginya berusaha membangunkannya. Tapi ternyata,
Allah subhanahu wata’ala telah
memanggilnya.
Saudaraku,
Mari berdo'a, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kpda
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kpda kami". ( QS. Ali Imran : 8
)
Cerita dari Grup WA oleh Muhammad
Lili Nur Aulia
Photo cerdit: teknikhidup
Bengkulu, 23 Rabiul Awal 1441 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.