Rabu, 20 November 2019

Di Saat-saat Akhir


Mari renungkan ucapan Rasulullah shalaullahu ‘alaihi wassalam dalam 2 hadits berikut ini. Pertama, Rasul shalaullahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia mempekerjakannya".

Para sahabat bertanya, "Bagaimana Allah mempekerjakannya"? Beliau menjawab, "Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sblum kematiannya". ( HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, Al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani )

Kedua, hadits cukup panjang dari Nabi shalaullahu ‘alaihi wassalam, di mana pada ujung hadits itu disebutkan, "Demi Allah yg tiada Tuhan selainnya, ada seseorang di antara kalian yg mengerjakan amalan ahli surga sehingga tdk ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah ( meninggal ), lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada di antara kalian yg mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tdk ada lg jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah ( meninggal ), lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga". ( HR. Bukhari dan Muslim )

Bagaimana bayangan yang hadir dalam pikiran kita setelah membaca 2 hadits itu ? Ada hadits lain yang mungkin menambah dalam renungan kita terkait masalah kematian. "Sesungguhnya, ada seseorang yang melakukan amalan ahli surga, sebagaimana terlihat oleh manusia, tapi sebenarnya ia adalah ahli neraka. Dan sesungguhnya ada seseorang yang melakukan amalan ahli neraka, sebagaimana terlihat oleh manusia, tapi dia adalah ahli surga".  Dalam riwayat Imam Al Bukhari hadits ini diakhiri dengan perkataan, "Sesungguhnya, amal itu tergantung akhirnya". ( HR. Bukhari dan Muslim )

Majalah Al Mujtama' mengurai pengalaman seseorang bernama Abu Ishak yang penuh hikmah tentang akhir hidup seseorang.

"Suatu ketika, aku didatangi 2 orang pemuda yang taat beragama. Keduanya menuturkan kisah yang membuatku tercenung.


Mereka mengatakan, "Ketika kami lewat di hadapan sebuah rumah sakit di Mesir, tiba-tiba sebuah mobil datang dan berhenti di depan RS. Dari dalam mobil itu, dikeluarkanlah seorang perempuan tua yang dalam kondisi sakaratul maut.

Kami segera mendatangi perempuan itu dan mengatakan, "Ibu...katakanlah "Laa Ilaaha Illallaah...Muhammadur Rasuulullaah...".

Perempuan itu segera mengangkat telunjuknya sambil mengatakan, "Laa ilaaha Illallaah...Muhammadur Rasuulullaah...". Lalu, hanya selang beberapa menit kemudian, perempuan tua itu menghembuskan nafasnya yg terakhir.

Tidak lama setelah itu, datanglah anak laki-lakinya yang begitu terpukul dengan wafatnya sang Ibu. Ia pun menangis karena harus kehilangan Ibu yang pasti ia cintai. Kami lalu mendekati laki-laki itu dengan mengatakan, "Saya punya berita yang menggembirakan".

Laki-laki itu bertanya, "Berita apa"?

Kami lalu menceritakan apa yang terjadi, dan bagaimana sebelum akhir hayatnya, sang Ibu sempat mengucapkan kalimat syahadat, sebagai tanda bahwa ia akan menjadi penghuni surga. Tapi anak laki-laki itu justru terkejut dan marah, "Celaka kalian, kalian telah menjadikan ibuku kafir. Ibuku adalah seorang Qibti yg beragama nasrani. Kenapa dia meninggal dengan Islam..."?

Hanya hitungan menit, bahkan detik. Sebuah perjalanan hidup seseorang bisa berubah begitu drastis di akhir-akhir hidupnya. Hanya dalam jenak waktu yang sangat pendek, kehidupan seseorang berbilang tahun, bisa mengalami perbedaan yang bertolak belakang di akhir-akhir hayatnya.

Apakah kita termasuk golongan orang-orang yang sedang melakukan ketaatan di detik-detik terakhir kita hidup di dunia ini ?

Apakah kita termasuk orang-orang yang dikesankan kebaikannya oleh orang-orang yang masih hidup, setelah kita tiada ?

Mari meraba bagaimana jenak-jenak akhir hidup kita nanti. Mengingat-ingat masa akhir, dan bersiap-siap untuk akhirat. Tentang keadaan kita, di saat-saat akhir nanti. Tentang kondisi kita, ketika menanti masa perpisahan dengan seluruh manusia yang kita kenal dan dengan semua isi dunia. Tentang bagaimana kita meninggalkan semuanya itu.

Dahulu, ada seorang laki-laki yang dikenal banyak beribadah. Saat mengalami sakaratul maut, keluarganya menangis mengelilinginya. Laki-laki itu mengatakan, "Tolong, aku ingin duduk...".

Setelah duduk, ia pun berkata pada ayahnya, "Pak, mengapa engkau menangis"? Orang tuanya menjawab, "Anakku, aku membayangkan bila harus kehilanganmu. Membayangkan bagaimana aku akan kesepian setelah engkau pergi".

Laki-laki itu lalu menoleh ke ibunya, "Bu, apa yg membuat Ibu menangis"?

Sang Ibu menjawab, "Merasakan pedihnya harus berpisah denganmu...". Laki-laki itu lalu beralih ke istrinya dan bertanya hal yg sama, "Istriku, apa yg membuatmu menangis"?

Istrinya menjawab, "Karena aku harus kehilangan kebaikanmu selama ini, dan bagaimana aku bisa memenuhi kebutuhan kebaikan itu pada selain dirimu".

Ia lalu menoleh kepada anak-anaknya dan bertanya, "Anak-anakku apa yang membuat kalian menangis"?

Anak-anaknya menjawab, "Karena kedukaan dan kehinaan anak yatim bila ayah meninggal".

Setelah mendengar semua jawaban pertanyaannya, laki-laki itupun menangis. Keluarga yang mengelilinginya heran dan bertanya, "Mengapa engkau kini menangis"?

Ia menjawab, "Aku menangis karena aku menyaksikan masing-masing kalian menangisi dirinya sendiri dan bukan menangisi aku. Tidak ada di antara kalian yang menangisi bagaimana aku harus melewati perjalanan panjang setelah wafat. Tidak ada di antara kalian yang menangisi aku karena bekal yang aku persiapkan sangat sedikit. Tidak ada di antara kalian yang menangisiku karena aku harus ditimbun oleh tanah. Tidak ada di antara kalian yang menangis terhadap balasan keburukan yang akan aku terima. Tidak ada di antara kalian yang menangisi aku karena aku harus berdiri di hadapan Rabbku...".

Setelah mengatakan itu semua ia lemas dan terjatuh. Keluarga yang mengelilinginya berusaha membangunkannya. Tapi ternyata, Allah subhanahu wata’ala telah memanggilnya.

Saudaraku,
Mari berdo'a, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kpda kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kpda kami". ( QS. Ali Imran : 8 )

Cerita dari Grup WA oleh Muhammad Lili Nur Aulia

Photo cerdit: teknikhidup

Bengkulu, 23 Rabiul Awal 1441 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.