RIndu ke Baitulloh |
Untuk menganugrahi umat islam kesempatan berusia panjang. Allah swt
memberikan kesempatan kepada setiap umat untuk meraih
usia yang panjang tetapi dalam kualitasnya bukan kuantitasnya.
Oleh karena itu, sementara ulama membedakan antara usia dan umur. Usia
adalah keberadaan anda dipentas bumi ini dan umur adalah masa yang anda isi
untuk memakmurkan jiwa anda.
Sahabat, kita tidak pernah tahu
apakah kita akan bertemu dengan bulan yang mulia ini. Tetapi yakinlah, untuk
selalu mengamalkan kebaikan yang sudah kita lakukan selama bulan ramadhan.
Ingatlah, bahwa Ramadhan akan segera pergi, tetapi Allah akan selalu ada di
setiap waktu.
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan Lailatul Qadr?
Mungkin kita sering mendengar bahwa
kita dianjurkan untuk beriktikaf dan mencari malam lailatul Qadr, akan tetapi
tahukah kita apa yang dimaksud dengan lailatul qadr itu dan kenapa ia begitu
penting untuk diraih oleh umat muslim?
“Dan Apakah yang menjadikan engkau tahu apakah lailatul qadr? Lailatul
qadr lebih baik dari seribu bulan” (Q.S. Al-Qadr : 2-3)
Paling tidak ada empat pendapat
para ulama tentang makna Al-Qadr pada ayat di atas diantaranya
Pertama, Penetapan. Malam Al-Qadr
adalah malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluk selama setahun.
Kedua, Kemuliaan. Ada yang
memahami kemuliaan tersebut kaitannya dengan ibadah, dalam arti ibadah pada
malam tersebut mempunyai nilai tambah atau pahalanya sama dengan melakukan
ibadah selama 1000 bulan. Subhanaulloh.
Satu hal yang perlu digaris
bawahi di sini bahwa kelebihan itu adalah nilai pahalanya bukan kewajiban
ibadahnya, sehingga amat keliru mereka yang ingin beribadah dan melaksanakan
kewajiban agama pada malam lailatul Qadr atau malam-malam ramadhan dan tidak
lagi melaksanakan kewajibanya pada hari-hari lainnya, dengan alasan bahwa pelaksanaannya
ketika itu sudah seimbang dengan pelaksanaan tuntunan agama seribu bulan
lainnya.
Pendapat lain menyatakan bahwa
kemuliaan dan nilai seribu bulan itu dapat diperoleh seseorang sebagai hasil
ibadah dan pendekatan kepada Allah selama bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah yang
dilakukannya secara tulus dan ikhlas itu akan berbekas dalam jiwanya, pada
akhirnya ia mendapatkan kedamaian, ketenangan , sehingga mengubah secara total
sikap hidupnya. Walaupun boleh jadi orang tersebut sebelum ini masih
sering melakukan kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran kecil atau besar, tetapi
sebagaimana yang kita ketahui, seringkali ada saat-saat tertentu dimana timbul
kesadaran di dalam hati, kesadaran akan dosa dan kelemahan manusia di hadapan
Allah, sehingga mengantar seseorang untuk mendekat kepada-Nya, sambil
menginsafi kesalahannya. Kesadaran dan keinsafan itulah yang mengubah sikapnya
180 derajat. Kesadaran semacam itulah yang jika dirasakan seseorang, maka
itulah bukti bahwa ia telah mendapatkan lailatul qadr.
Apabila kesadaran tersebut telah
hadir dalam jiwa seseorang, maka pengaruh yang ditimbulkan dalam sikap dan pola
hidupnya akan sangat besar, sehingga benar-benar dapat merupakan semacam
peletakan batu pertama dari kebajikan untuk sepanjang hayatnya, sekaligus ia
merupakan malam penetapan bagi langkah-langkah hidupnya di dunia dan di akhirat
kelak.
Bagaimana meraihnya?
Jika anda ingin meraihnya Al-Qur’an menjelaskan pada malam itu ada
kedamaian.
“turun malaikat-malaikat dan
Ruh padanya dengan izin Tuhan mereka, untuk mengatur segala urusan. Salam ia
sampai terbitnya fajar. “ (Q.S. Al-Qadr : 4)
Muhammad Rasyid Ridha – mengutip
pendapat gurunya Muhamad ‘Abduh – menjelaskan dalam tafsir al-manar tentang
malaikat yang menurutnya sejalan dengan pendapat imam al-Ghazali sebagai
berikut :
“dirasakan oleh mereka yang
mengamati dirinya atau membanding-bandingkan pikiran atau kehendaknya yang
mempunyai dua sisi, baik dan buruk- dirasakan oleh mereka bahwa dalam hatinya
terjadi pertentangan seakan-akan apa yang terlintas dalam pikiran atau
kehendaknya itu sedang diajukan ke suatu sidang. Ini menerima dan itu menolak,
ini berkata ‘lakukan’ dan yang itu berkata ‘jangan’. Demikian halnya sehingga Jika demikian jika anda ingin mengapai seribu bulan itu, maka damailah.
Sebarkanlah kedamaian. Damailah dengan diri anda, damailah dengan orang lain,
damailah dengan lingkungan.
Jangan pernah berputus asa, jangan pernah menggerutu, jika anda kehilangan
sesuatu. yakinlah bahwa Tuhan yang
pernah memberi anda sesuatu itu masih hidup dan dapat memberi anda lebih banyak
dari yang hilang.
Damailah dengan diri anda dan damailah dengan orang lain. Dengan kedamian
kita telah melangkah untuk bertemu dengan malam yang penuh damai itu. Dan
ketika itu kita telah melangkah untuk meraih seribu bulan itu.
Sahabat, malam seribu bulan kita impikan bahkan kita usahakan untuk
meraihnya. Pernah istri nabi AISYAh Ra.
Bertanya kepada nabi. Apa yang saya harus mohonkan jika sempat bertemu dengan
malam seribu bulan itu?
Nabi mengajarkannya doa dan tentu doa harus senantiasa diusahakan.
Allohhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu’anni
“ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah aku”
Sahabat, jika kita ingin mendapatkan pemaafan dari Tuhan. Damailah dengan
manusia, damailah dengan lingkungan.
Allah tidak akan memaafkan seseorang yang tidak bersedia memaafkan orang
lain. Allah menurut Nabi Muhammad SAW. “Allah akan membantu seseorang selama
orang itu bersedia membantu orang lain”
Ketika ada sahabat nabi yang enggan memberi maaf, turun ayat Al-Qur’an yang
menyatakan “apakah kalian tidak suka, Allah memaafkan kamu”
Sahabat, dengan maaf memaafkan itu lahir kedamaian. Paling tidak kedamaian
pasif.
Sahabat Ada dua jenis kedamaian, damai pasif dan damai aktif.
Jika anda memberikan seseorang sesuatu yang membahagiakannya, maka itu
berarti anda telah melakukan kedamaian aktif.
Tapi, jika anda tidak mengganggunya maka anda telah memberikan kedamian
pasif. Bukankah ketika anda berada di dalam bis atau angkot dan tidak saling
mengganggu. bukankah ketika itu lahir kedamian. Dan itulah minimal yang
diharapkan dari setiap muslim
Kapan Turunnya?
Dalam beberapa keterangan hadist
nabi begitu banyak keterangan tentang kapan turunnya lailtul qadr nabi pernah
menyebutkan malam ke 27 dan malam ganjil lainnya, akan tetapi secara umum
turunnya lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir
Shahih Bukhari 1885: Telah
menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan
kepada saya Ibnu Wahab dari Yunus bahwa Nafi' mengabarkannya dari 'Abdullah bin
'Umar radliallahu 'anhua berkata: " Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam beri'tikaf pada sepuluh hari
yang akhir dari Ramadhan".
Shahih Bukhari 1876: Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami
Malik dari Nafi' dari Ibnu'Umar radliallahu 'anhuma bahwa ada seorang dari
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menyaksilan Lailatul Qadar dalam
mimpi terjadi pada tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkata: "Aku memandang bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qadar
tepat terjadi pada tujuh malam terakhir, maka siapa yang mau mendekatkan diri
kepada Allah dengan mencarinya, lakukanlah pada tujuh malam terakhir".
Shahih Bukhari 1884: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah
telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Ya'fur dari Abu Adh-Dhuha dari
Masruq dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), Beliau
mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan ber'ibadah dan
membangunkan keluarga Beliau".
InsyaAllah jika kita menjalankan
10 malam terakhir ini dengan baik, dengan persiapan dan kerinduan yang mendalam
untuk bertemu dengan lailatul Qadar, semoga Allah mentakdirkan kita bertemu
dengannya.
Wallahu 'alam
Masjid Raya Baitul Izzah,
Bengkulu, 23 Ramadhan 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.