Selasa, 27 Desember 2011

Makna Hidup Dalam Islam

Pada suatu waktu Rassulullah sedang tidur-tiduran di rumahnya berlepas lelah. Dia berbaring  di atas tikar yg terbuat  dari daun-daun tamar  yg dianyam. Tiba-tiba seorang sahabatnya yg bernama Ibnu Mas’ud  datang berkunjung.

Dilihatnya  Rasulullah ketika itu tidak memakai baju, maka terlihat jelas  oleh Ibnu Mas’ud bekas anyaman tikar melekat  pada punggung beliau. Melihat ini Ibnu Mas’ud amat sedih, dan tanpa terasa bendungan air matanya pun pecah berserakan. Sungguh-sungguh tidak pantaslah rasanya seorang Rasul kekasih Allah, seorang Kepala Negara dan seorang panglima tertinggi  sesederhana itu.

Dengan terharu Ibnu Mas’ud bertanya: “Ya Rasulallah, bolehkah saya membawakan kasur kemari untuk Anda?”
 
Mendengar ini Rasulullah bersabda: 

“Apakah artinya kesenangan hidup didunia ini bagiku. Perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu yang rindang untuk melepaskan lelah. Kemudian dia harus meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yg sangat jauh tidak berujung.”

Ada  Firman Allah  dalam Al-Qur’an yang senada dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah tadi, yaitu dalam surat Al- Ankabuut ayat 64 :

”Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.  Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”

Kita semua  tanpa terkecuali akan mengalami kematian. Kalau begitu apa yang sebenarnya kita cari di alam dunia ini.

Apakah keberadaan kita se-mata-mata hanya untuk bekerja, berumah tangga, ber senang-senang dengan harta yg kita miliki, ataupun berkeluh kesah dalam penderitaan & kemiskinan; kemudian akhirnya mati tidak berdaya. Apakah  setelah mati kita akan hilang menguap atau apakah kita yg dilahirkan dalam ketiadaan itu akan mati dlm ketiadaan pula? Apakah hidup kita di dunia ini hanya sia-sia belaka karena toh akhirnya harus mati juga?

Tentu tidaklah demikian ! Allah telah berfirman , bahwa kita akan terus ada dan tidak akan pernah menghilang atau menguap; Kita akan menjalani kehidupan abadi di akhirat nanti.  Kalau begitu jelaslah yang akan kita tuju adalah akhirat ! cepat atau lambat, suka atau tidak suka, kita semua pasti akan menuju kesana untuk mempertanggung jawabkan apa yg tlh kita perbuat. Hal ini ditegaskan  Allah  dalam Al-Qur’an surat  Al-qiyamah ayat 36 :

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?”

Kesadaran akan hal inilah yang merupakan fundamen yang paling mendasar bagi orang yang ingin menemukan arti kebenaran hidup yang hakiki.

Allah selalu menciptakan sesuatu secara bertahap, yaitu dengan melalui suatu proses yang berkesinambungan. Manusia misalnya, ia diciptakan tidak langsung dewasa . Tetapi melalui proses yang bermula dari bentuk air, lalu menjadi janin, kemudian menjadi bayi, lalu menjadi anak-anak akhirnya menjadi dewasa.

Fenomena ini mengajarkan kepada kita, baik atau buruknya  kualitas manusia setelah dewasa nanti sangat ditentukan oleh proses pemeliharaan  atau bekal yg diterimanya dari sejak dini . Begitupun kiranya proses Allah menjadikan eksistensi manusia di akhirat .

Kualitas manusia di akhirat nanti akan ditentukan setelah ia melalui proses  ujian demi ujian  terhadap ketaatanya pada Allah selama hidupnya di dunia. Jadi jelaslah kualitas kita di akhirat nanti sangat tergantung pada keberhasilan kita dalam mengatasi ujian-ujian yang dihadapi , yaitu apakah kita mampu selalu taat mengikuti perintah-perintah-Nya atau membangkang sebagaimana yang dilakukan iblis ketika diperintahkan  sujud kepada Adam. Hal ini ditegaskan Allah dalam surat An-Nissa ayat 13-14 ;

“ Barang siapa taat kepada Allah dan RasulNya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga . Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul Nya dan melanggar ketentuan2 Nya, niscaya  Allah memasukkannya kedalam api neraka sedang ia kekal didalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.”

Sebagaimana telah diuraikan , kehidupan di alam dunia sesungguhnya adalah awal kehidupan bagi manusia. Dan awal kehidupan ini sangat penting , karena bukankah awal yg baik akan menghasilkan hasil akhir yang baik pula?

Al Qur’an mengajarkan kepada kita tujuan hidup di dunia ini pada hakekatnya adalah untuk mencari atau mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan akhirat. Sejalan dengan ini ada seorang ahli hikmah yang berkata : “Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia terdiri dari tiga bagian; Sebagian bagi mukminin, sebagian bagi orang munafik, sebagian bagi orang kafir. Maka orang mukmin menyiapkan perbekalan, orang munafik menjadikannya perhiasan, dan orang kafir menjadikannya tempat bersenag-senang .”

Tingkat manusia di akhirat nanti akan ditentukan oleh sedikit banyaknya bekal yang dibawa dari dunia. Semakin banyak bekalnya semakin tinggi pula tingkat kemuliannya. Bekal yang dimaksud adalah Pahala. 
Oleh karena itu kehidupan di dunia pada hakekatnya adalah arena untuk mengumpulkan  pahala bagi kehidupan akhirat nanti. Pahala adalah hadiah yang diberikan Allah jika kita lulus dari ujian yang diberikan-Nya, yang mana ujian ini terletak pada dua jalur yaitu jalur hablum-minallah (misalnya :wajib Shalat) dan jalur hablum minannas (mis :wajib berbuat baik terhadap orang lain) . Barang siapa yang dpt tetap patuh  melaksanakan aturan main ini dengan niat se mata-mata karena Allah, maka ia akan memperolah Pahala.

Allah melengkapi manusia  dengan mata hati dan telinga bukan tanpa tujuan, ini merupakan sarana bagi Allah untuk  menguji manusia sebagaimana yang diungkapkan  dalam surat Al-Insaan ayat 2 dan 3:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat .“

Jika kita melihat supir yang ugal-uglan di jalan  atau mengghadapi kolega ataupun teman yang menjengkelkan , ini semua terjadi karena Allah melengkapi kita dengan mata, telinga dan hati . Oleh karena itu orang2 negatif ini harus dipandang sebagai ujian Allah  pada jalur hablum minannas. Apabila orang-orang ini dapat kita hadapi dengan Sabar maka kita berarti lulus sebaliknya bila mereka kita hadapi dengan emosi atau nafsu, maka berarti kita gagal.

Jelaslah kini semua  masalah yang kita hadapi baik itu masalah hubungan dengan Allah (malas mendirikan shalat) maupun masalah hubungan dengan manusia (menghadapi orang yang menyebalkan), pada hakekatnya adalah hendak menguji kita .

Selain itu juga tindakan yang kita lakukan sebenarnya merupakan cerminan dari keadaan hati, hati yang lembut akan menghasilkan tindakan yang terpuji, sedangkan hati yang penuh dengki akan menghasilkan tindakan yang tidak terpuji.

Untuk memendam rasa iri hati & dengki yang kadang-kadang mucul secara spontan ketika mendengar ada teman kita yang lebih sukses atau lebih kaya dari kita, caranya yaitu jangan memandang harta atau pangkat yang dimilkinya , tetapi ingatlah bahwa soal rezeki memang dibuat Allah berbeda-beda. hal ini dilakukan Nya se mata-mata untuk menguji manusia, sebagaiman yang diterangkan Nya dlm surat Al-Anam  ayat 165 ;

“Dia meninggikan sebagian dari kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuik mengujimu tentang apa yang diberikan Nya kepadamu.”

Dan pada surat An-Nissa ayat 32 :

” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.”

Juga dalam surat Thaahaa ayat 131 :

” Janganlah kamu tujukkan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk  kami cobai mereka dengannya.”

Bila kebetulan kita termasuk orang yang dikaruniai banyak harta , maka hendaklah disadari bahwa harta itu letaknya harus selalu ditangan, jangan biarkan ia menguasai hati kita. Pengalaman menunjukkan, harta cenderung mengajak pemiliknya untuk membangkang mentatati perintah Allah dan Rasul Nya. Nabi kita  yang mulia tampaknya sangat menyadari  betapa beratnya beban bila dititipi harta yang melimpah. Sikap ini tampak jelas pada perilakunya  yang terkenal sangat sederhana. Pada salah satu haditsnya diriwayatkan Rasulullah bersabda :

”Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk menjadikan lapangan di kota Mekah menjadi emas. Aku berkata,”Jangan engkau jadikan emas wahai Tuhan! Tetapi cukuplah bagiku merasa kenyang sehari , lapar`sehari. Apabila aku lapar, maka aku dapat menghadap dan mengingat Mu, dan ketika aku kenyang aku dapat bersyukur memujimu.”

Dari apa yang telah disampaikan diatas, jelaslah bahwa kehidupan di dunia ini haruslah dijadikan arena untuk mengumpulkan pahala. Dan ini tidaklah mudah. Diperlukan perjuangan lahir dan bathin untuk melawan godaan nafsu dan setan yang menghambat.

Untungnya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang melengkapi kita dengan ”alat ” yang dapat memudahkan pengumpulan bekal akhirat ini. Alat yang dimaksud adalah seluruh fasilitas yang kita miliki  yaitu dapat berupa harta benda, keluarga, pekerjaan dll. Jadi seluruh fasilitas yang kita miliki pada hakikatnya adalah hanya sarana untuk kelancaran bertakwa.

Misalnya saja bila kita mempunyai uang berlebih, maka tentunya akan memudahkan bersedekah, menolong orang susah, menyantuni anak yatim, membahagiakan orang tua, melaksanakan ibadah haji dsb.

Dengan mengerti bahwa fasilitas atau materi yang kita miliki gunanya hanya untuk  menunjang kelancaran pelaksanaan taqwa, maka in Syaa Allah kita tidak akan silau oleh materi atau kedudukan. Karena sesungguhnya semua itu dititipkan kepada kita semata-mata sebagai alat untuk meningkatkan ketaqwaan saja.

Allah menciptakan surga dan neraka yang kelak akan diisi oleh manusia. Dimana nanti kita berada akan ditentukan  melalui proses kompetisi selama hidup di dunia yaitu kompetisi dalam mengumpulkan pahala.

Surga adalah merupakan puncak hadiah yang akan diraih oleh manusia . Dan untuk mendapatkan hadiah ini tentu saja tidak mudah. Diperlukan perjuangan yang sungguh2, karena Allah akan terus menerus menguji keuletan kita dalam mematuhi aturan main yamg dibuat Nya, sebagaiman firman Nya dalam surat Al-Ankabuut ayat 2 :

”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:’Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi?”

Atau lebih tegas lagi dalam surat Al-Anbiya ayat 35 :

„Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan“

Ujian Allah kepada kita ber macam-macam. Ujian terberat umumnya  yang berkaitan dengan harta dan pangkat. Harta atau pangkat dapat dengan mudah membuat manusia terbius, terlupakan tujuan hidupnya di dunia. Harta yang seharusnya kita gunakan untuk meningkatkan ketaatan justru kita gunakan untuk melanggar ’aturan main itu’.

Untuk dapat mengatasi berbagai macam ujian Allah ini, manusia memerlukan bekal motivasi yang kuat. Karena hanya dengan motivasi yang kuat akan tercipta semangat yang hebat , segala godaan insya Allah akan dapat ditaklukan.

 Kesimpulan dari apa yang telah disampaikan diatas  yaitu adalah :

1.      Hidup di dunia  sebenarnya adalah babak prakualifikasi untuk menentukan tempat tinggalnya nanti di akhirat;
2.      Kegagalan menghadapi ujian Allah, seringkali terjadi karena kelengahan hati  yaitu tidak menyadari  bahwa masalah yang sedang dihadapi itu sebenarnya adalah merupakan ujianNya;
3.      Orang  yang sukses hidupnya adalah  orang yang  berhasil  mengumpulkan  pahala  yang banyak;
4.       Tempat kita di negeri akhirat  itu tergantung dari pahala  yang kita bawa  dari dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.