Pada suatu
waktu Rassulullah sedang tidur-tiduran di rumahnya berlepas lelah. Dia
berbaring di atas tikar yg terbuat dari daun-daun tamar yg dianyam. Tiba-tiba seorang sahabatnya yg
bernama Ibnu Mas’ud datang berkunjung.
Dilihatnya Rasulullah ketika itu tidak memakai baju,
maka terlihat jelas oleh Ibnu Mas’ud
bekas anyaman tikar melekat pada
punggung beliau. Melihat ini Ibnu Mas’ud amat sedih, dan tanpa terasa bendungan
air matanya pun pecah berserakan. Sungguh-sungguh tidak pantaslah rasanya
seorang Rasul kekasih Allah, seorang Kepala Negara dan seorang panglima tertinggi sesederhana itu.
Dengan
terharu Ibnu Mas’ud bertanya: “Ya
Rasulallah, bolehkah saya membawakan kasur kemari untuk Anda?”
Mendengar
ini Rasulullah bersabda:
“Apakah artinya kesenangan hidup
didunia ini bagiku. Perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti
seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu
yang rindang untuk melepaskan lelah. Kemudian dia harus meninggalkan tempat itu
untuk meneruskan perjalanan yg sangat jauh tidak berujung.”
Ada Firman Allah
dalam Al-Qur’an yang senada dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah
tadi, yaitu dalam surat Al- Ankabuut ayat 64 :
”Dan tidaklah kehidupan di dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.”
Kita
semua tanpa terkecuali akan mengalami
kematian. Kalau begitu apa yang sebenarnya kita cari di alam dunia ini.
Apakah
keberadaan kita se-mata-mata hanya untuk bekerja, berumah tangga, ber
senang-senang dengan harta yg kita miliki, ataupun berkeluh kesah dalam
penderitaan & kemiskinan; kemudian akhirnya mati tidak berdaya. Apakah setelah mati kita akan hilang menguap atau
apakah kita yg dilahirkan dalam ketiadaan itu akan mati dlm ketiadaan pula?
Apakah hidup kita di dunia ini hanya sia-sia belaka karena toh akhirnya harus
mati juga?