Kamis, 29 Desember 2011

SEKILAS TENTANG BUKU "SETIAP ORANG BERHAK SUKSES"

BUKU TERLARIS DAN MEGA BEST SELLER 2012
SETIAP ORANG BERHAK SUKSES




Sukses adalah hak setiap orang. Kesuksesan bukan milik segelintir orang, melainkan milik setiap orang yang menginginkan, memimpikan, dan juga berusaha mewujudkannya. Tak jarang seseorang menemui kegagalan dalam mewujudkan kesuksesan. Namun, tidak ada orang yang sukses tanpa melalui sebuah proses kegagalan. Kesuksesan dan kegagalan adalah satu paket dalam kehidupan. Kedua penulis muda ini melalui bukunya ingin menyampaikan bahwa kesuksesan belajar ataupun berkarier berangkat dari motivasi dan tujuan hidup yang jelas. Inilah buku yang akan mengajak kita semua untuk meraih kesuksesan hidup dengan gemilang.

KOMENTAR PEMBACA TENTANG BUKU


BUKU MEGA BEST SELLER "SETIAP ORANG BERHAK SUKSES"

Buku ini merupakan karya anak muda yang patut untuk dijadikan rujukan bagi para mahasiswa yang sedang melakukan studinya di Perguruan  Tinggi. Beberapa pengalaman-pengalaman dan pandangan penulis tentang dunia pendidikan dan kehidupan memberikan cara pandang yang luar biasa tentang bagaimana sebenarnya kita memandang keterbatasan, cita-cita, dan memainkan peran dalam kehidupan.

Dr. H. Khairil, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Buku ini memotivasi dengan pengalaman nyata penulisnya sebagai sebuah terobosan bagi kehidupan, mengalir jelas goresan tintanya dikemas dengan menarik dan sederhana serta penuh warna. Bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda untuk bisa berprestasi tanpa harus meninggalkan jati diri. Sarat dengan pesan-pesan dengan tanpa menggurui. Mudah-mudahan buku ini menjadi salah satu rujukan untuk meraih kesuksesan hidup dunia akhirat. Amin.
H. Dani Hamdani, M.Pd, Tokoh Pendidikan Bengkulu

"Jangan mau  jadi orang muda rata-rata. Anda mesti selangkah di depan dan buku ini adalah panduannya. Miliki segera!"
Ippho Santosa, Pakar Otak Kanan & Penulis Mega-Bestseller 7 keajaiban Rezeki


Selasa, 27 Desember 2011

Makna Hidup Dalam Islam

Pada suatu waktu Rassulullah sedang tidur-tiduran di rumahnya berlepas lelah. Dia berbaring  di atas tikar yg terbuat  dari daun-daun tamar  yg dianyam. Tiba-tiba seorang sahabatnya yg bernama Ibnu Mas’ud  datang berkunjung.

Dilihatnya  Rasulullah ketika itu tidak memakai baju, maka terlihat jelas  oleh Ibnu Mas’ud bekas anyaman tikar melekat  pada punggung beliau. Melihat ini Ibnu Mas’ud amat sedih, dan tanpa terasa bendungan air matanya pun pecah berserakan. Sungguh-sungguh tidak pantaslah rasanya seorang Rasul kekasih Allah, seorang Kepala Negara dan seorang panglima tertinggi  sesederhana itu.

Dengan terharu Ibnu Mas’ud bertanya: “Ya Rasulallah, bolehkah saya membawakan kasur kemari untuk Anda?”
 
Mendengar ini Rasulullah bersabda: 

“Apakah artinya kesenangan hidup didunia ini bagiku. Perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu yang rindang untuk melepaskan lelah. Kemudian dia harus meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yg sangat jauh tidak berujung.”

Ada  Firman Allah  dalam Al-Qur’an yang senada dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah tadi, yaitu dalam surat Al- Ankabuut ayat 64 :

”Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.  Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”

Kita semua  tanpa terkecuali akan mengalami kematian. Kalau begitu apa yang sebenarnya kita cari di alam dunia ini.

Apakah keberadaan kita se-mata-mata hanya untuk bekerja, berumah tangga, ber senang-senang dengan harta yg kita miliki, ataupun berkeluh kesah dalam penderitaan & kemiskinan; kemudian akhirnya mati tidak berdaya. Apakah  setelah mati kita akan hilang menguap atau apakah kita yg dilahirkan dalam ketiadaan itu akan mati dlm ketiadaan pula? Apakah hidup kita di dunia ini hanya sia-sia belaka karena toh akhirnya harus mati juga?

Kamis, 22 Desember 2011

AL ‘AFWU DAN AL GHADHAB (PEMAAF DAN PEMARAH)

Dalam pergaulan antar sesama manusia, kekeliruan atau kesalahan mungkin saja terjadi, karena manusia memang tidak luput dari kekhilafan atau kesalahan. Karena itu salah satu sifat yang harus kita kembangkan adalah al ‘afwu yakni memaafkan, karenanya sifat ini merupakan salah satu sifat orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Perintah memaafkan terdapat dalam firman Allah yang artinya: 

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS 3:133-134).

Disamping itu, perintah memaafkan juga dirangkai penyebutannya dengan perintah melakukan perbuatan yang ma’ruf dan tidak melayani orang yang bodoh, karena kemarahan sebenarnya dipicu oleh tindakan orang yang bodoh, Allah Swt berfirman yang artinya: 

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (QS 7:199).

Karena itu, meskipun Rasulullah Saw mendapat tantangan dan gangguan dari orang-orang kafir, beliau mampu memberikan maaf kepada para penentangnya itu yang justeru membuat mereka menjadi bersimpati kepada Rasulullah Saw, Allah Swt berfirman yang artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS 3:159).