Dua hari yang lalu, pagi hari saat dalam perjalanan menuju satu tempat, saya bertemu dengan seorang laki-laki di sebuah halte bis perempatan jalan. Orangnya tinggi besar, berpakaian rapih, pakai jas dan membawa koper. Dari gaya pakaiannya dia seperti orang kantoran. Namun, yang saya takjub bukan penampilannya melainkan apa yang dilakukannya saat itu. Sambil menunggu bis datang mulutnya tak henti berzikir.
Memang pemandangan ini biasa dilihat di Mesir. Negara yang saya diami sekarang ini benar-benar membuktikan julukannya sebagai “ardhul anbiya” atau bumi para nabi. Di tempat lain mungkin aneh, jika ada orang berzikir sepanjang jalan atau ada penumpang yang membaca Al-quran di bis, bahkan tidak jarang bacaannya itu dilagukan seperti qari pada acara di masjid-masjid.
Namun, ketika bis datang mata saya terpanah pada pemandangan yang beda namun tetap orang yang sama. Terlihat sambil berlari, semua penumpang mendekati pintu bis, berusaha masuk lebih awal dan adegan tolak menolak serta sikut menyikutpun terjadi.