Bayangkan suatu pagi, seorang pasien dengan gangguan psikotik duduk di ruang konsultasi. Ia bercerita pelan, dengan kalimat yang melompat-lompat:
“Mereka… ya, suara itu… selalu datang… tapi bukan seperti kemarin…”
Bagi telinga manusia, meskipun terdengar tidak runtut, ucapan itu tetap bisa memberi isyarat penting: mungkin sedang muncul halusinasi baru, atau ada peningkatan kecemasan.
Namun, bagaimana dengan mesin? Sistem automatic speech recognition (ASR) hanya akan menyalin kata demi kata. Bila salah mengenali kata, atau menghapus jeda dan pengulangan, maka pesan penting bisa hilang. Inilah tantangan besar ketika teknologi bertemu kesehatan jiwa.